Sabtu, 02 Februari 2013

Puisi Senja

Sobat
aku ingin sedikit bercerita kepadamu
tentang isi hati ini yang tak kunjung habis
meski sudah ku kuak hingga ke relung yang paliug dalam ..

Sobat
tahukah kau bila aku sedang jatuh cinta ?
ya ! jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya
tapi buatku kali ini berbeda
lebih dari yang ku harapkan jika aku dapat memilikinya

Sobat
dia begitu sempurna dimataku
tutur kata dan tingkahnya begitu membuatku tertegun
dan tak bosannya aku memandangnya
meski hanya bisa dari hati

Sobat
dia baik bagiku
bahkan terlalu baik
hingga aku merasa aku tidak ada apa-apanya
dan mungkin tidak cukup pantas untuknya

Lalu aku harus bagaimana ?
haruskah aku kembali melupakannya ??
      

DIENG : Negeri Di Atas Awan

Hallow sobat alam ( =,= ) ,, liburan sebenernya ga mesti nunggu waktu liburan. Kapanpun kita butuh waktu untuk 'bebenah' otak, itu waktu yang tepat buat meliburkan diri. Nahh aku punya beberapa refernsi tempat berlibur yang dijamin bisa nge'refresh' otak biar jadi jernih lagi ( lho ?! ). Ini info ga asal koq, karna selain bersumber dari internet, khusunya Om Google, yang dijamin bener ( walopun kadang 'kebeneran' ), info ini juga aku dapet dari hasil pengalaman aku pribadi. Secara basicnya dulu aku di SMIP ( taelaahhh !! ) :D.
Udeh deh, ga pake panjang lebar lagi, ney aku kasih tau yang pertama .... ( abrakadabra !! )

DATARAN TINGGI DIENG

Dataran Tinggi Dieng terletak di tengah gugusan pegunungan yang terbujur dari barat ke timur pulau Jawa. Dataran tinggi ini ada di ketinggian sekitar 2.080 meter di atas laut, dengan hawa dingin (0 - 20 derajat Celcius) tetapi terik matahari yang tetap menusuk.

Jika kita pergi ke Dieng sekitar musim kemarau Juni - Agustus, maka nanti bakalan bisa merasakan suhu sekitar 0 derajat Celcius, plus salju dan es yang turun sekitar jam 4 - 6 pagi. Karena kemarin kami pergi pertengahan bulan penghujan Mei, maka suhu hangatlah yang kami dapat. Suhu terendah hanya sekitar 5 - 6 derajat Celcius.

Jangan salah. Suhu di Dieng lebih ekstrem daripada di Gunung sekitar pulau Jawa lainnya. Meski puncak-puncak gunung seperti Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, Gede, Salak, dsb memiliki puncak yang jauh lebih tinggi daripada Dieng, tetapi suhu di Dieng ini lebih rendah mengingat dataran tinggi yang  sangat luas mampu menginkubasi suhu dingin tetap pada tempatnya.

Dataran tinggi Dieng terletak di koordinat yang bisa dilihat di http://goo.gl/maps/PfhF. Area Dieng sangat luas dan buanyak banget objek wisata yang bisa didatangi. Sewaktu kami backpacking selama 3 hari 2 malam pun belum mampu meraih seluruh objek yang ditawarkan.

Ini ada beberapa foto semua hal tentang Dieng, biar sobat semua dapet gambaran yang agak rill .. :)

Pemandangan alam sekitar Dieng

Gunung Sikunir - Negeri Diatas Awan

Salah satu kawah yang ada di Dieng

Salah satu candi di Dieng

Sunrise di Dieng !! :)

Kawah Sikidang

Telaga Warna

Si Gunung Kembar : Sumbing - Sindoro

Sumbing - Sindoro 2

 Gimana ??? Oke kan ??? Oke bangetlah pastinya. Kalau masih penasaran, monggo kerso datang sendiri. Dijamin ga nyesel. Jangan lupa kalo mau nginep di Hotel Dieng Kledung Pass aja. So far bagus koq tu hotel. Dan yang ga boleh ketinggalan juga : manisan buah Carica dan Mie Ongklok. Itu makanan rasanya ..... ajiiiibbbb !! Serius deh. :)
Sekian dan terima kasih ( -____-' ) .. maksudnya segini dulu info soal tempat liburan alamnya. Nanti nyambung lagi ditempat yang ga kalah kerennya. Hehehehe ...
Selamat berlibur .... !




* foto copas by www.yogyes.com & google.com/diengplateau

Sabtu, 26 Januari 2013

INI KEBUMEN !! ... part 2

Gunung Paras dilihat dari Jembatan Penunggalan

Gunung Paras, salah satu gunung di utara Kebumen, yang merupakan bagian dari pegunungan Serayu ini, adalah 'momok' yang paaaaling indah. Setiap pagi, ketika matahari terbit, dan sore, saat matahari terbenam, aku selalu menyempatkan diri untuk menatap gunung ini dipinggir kali Lukulo. Ketika ku rentangkan kedua tanganku, dan kuhirup udaranya secara perlahan, rasa damai langsung memasuki relung hati ( cieeee !! :p ).


Gunung Paras dengan Plataran di Musim Kemarau

Cantik kan ? Yaa beginilahh suasana dikampung tercinta. :) Makanya dalam waktu dekat ini Insya Allah aku mau pulang kesana. Mau nengokkin udah kayak apa Gunung Paras sekarang. Dan rencananya juga lebaran tahun ini, aku dan teman-temanku berencana untuk mendaki gunung itu. Penasaran banget seperti apa sihh 'didalamnya'.

Selain keindahan alamnya, Kebumen juga punya sederet obyek wisata lokal yang gak kalah kerennya. Sebut aja yang paling terkenal : Goa Jatijajar & Pantai Petanahan. Untuk info yang satu ini, kalian bisa dehh cek di website resmi Pemerintah Kabupaten Kebumen www.kebumenkab.go.id.

Nyambung lagi .... :) 

Jumat, 25 Januari 2013

Novel Karya-Qu ... Really Love You Part 1



PROLOG


            Sekarang ganti Carish yang ingin berpetualang. Ketika ada kesempatan untuk melaksanakan Prakek Kerja Nyata – salah satu kegiatan wajib setiap program perkuliahan Strata 1 (S1) – di Jakarta, gadis itu segera mendaftarkan diri agar mendapatkan kesempatan itu.
            “ Kamu yakin mau magang di Jakarta ? Ndak kejauhan, Rish ? “ sang Ibu berkata dengan nada cemas.
            “ Ya ndaklah, Bu. Carish kan sudah besar. Lagipula Mba Lintang kan juga pernah magang disana. Dan syukur dia baik-baik saja sampai sekarang ini sudah bareng-bareng lagi disini. “ ucap Carish mencoba meyakinkan kedua orangtua dan kakaknya, Lintang.
            “ Ya tapi aku sama kamu kan beda, Rish. Kehidupan disana keras lho. Itu aku alami dua tahun yang lalu. Apalagi sekarang. Nah apa kamu yakin bisa ngatasin semua masalah tanpa ada aku atau Ibu dideket kamu ? “
            Carish menghela napas sesaat ketika mendengar ucapan Lintang barusan, “ aku ini minta magang di Jakarta kan karna aku pingin belajar hidup mandiri. Umurku sudah dua puluh satu tahun lho. Empat bulan lagi genep dua puluh dua. Kalo ndak dari sekarang kapan aku bisa belajar ngatasin semua masalahku sendiri ? “
            Yo tapi apa mesti ke Jakarta, Rish ? Ibu ini khawatir sama kamu. “
            “ Sudahlah, bu, “ akhirnya Ayah angkat bicara, “ biarkan Carish melakukan apa yang ingin dia lakukan. Selama itu masih bersifat positif, ndak ada salahnya kita dukung. “
“ Bener tuh kata ayah. “ Carish membela diri, “ lagian magang disana itu pasti ilmunya lebih banyak. Perusahaan periklanan disana kan bagus-bagus banget. “
            “ Tapi kamu mesti bisa jaga diri, jangan mengecewakan kami. Belajar sing bener. Jangan macem-macem. Jaga nama baik keluarga. “ kata Ayah.
            “ Ya sudahlah kalau memang maunya begitu. “ Ibu menarik napas, “ yang penting kamu inget pesen ayahmu tadi. Jangan mentang-mentang ndak ada yang ngawasin, kamu bisa seenaknya. “
            “ Tenang aja, bu. Aku janji aku ndak bakalan berbuat apapun yang bikin ibu sama ayah sedih dan kecewa, “ Carish menatap sang kakak, “ mba gimana ? Setuju kan aku magang di Jakarta ? “
            “ Dua lawan satu ! Ya sudah aku ngalah. Dan satu lagi pesen dariku. Kamu harus hati-hati dalam bergaul. Orang-orang disana itu lebih banyak jahatnya dari pada baiknya. Jangan mau diajak pergi sama orang yang baru dikenal. “
            Carish mengangguk sambil tersenyum lebar, “ siap bos ! “
            “ Terus kapan kamu berangkat ? “ tanya Lintang.
            “ Mungkin minggu depan. Soalnya aku tinggal nunggu persetujuan dari Direktur Utama perusahaan tempat aku magang nanti. HRDnya sih sudah setuju. Cuma Dirutnya aja tuh lagi tugas ke luar kota. Jadi ndak bisa langsung masuk. “ jawab Carish.

YYY

            “ Keretamu jam berapa, Rish ? “
            Carish menoleh kaget. Sang kakak sedang berdiri dipintu kamarnya entah sejak kapan. Seketika kegiatan packingnya terhenti.
            “ Jam tujuh, mba. “ katanya singkat.
            Lintang melenggang masuk lalu duduk diatas tempat tidur. Melihat masih banyak baju adiknya yang belum dibereskan, dibantunya Carish melipat lalu memasukkan baju-baju itu kedalam koper.
            “ Kenapa ndak berangkat pagi aja sih ? Kan enak sampe sana sore. Adem gitu. “ ucap Lintang.
            “ Males, mba. Berangkat pagi kereta pasti panas banget pas siangnya. Kalo malem kan lumayan adem soalnya perjalanannya masih di daerah. “
            “ Lagian kamu mau dibeliin karcis kereta yang eksekutif sama ayah, yang ada ACnya itu ndak mau. Malah minta yang bisnis. Salahmu lah kalo dijalan kepanasan. “
            Carish nyengir kuda, “ kalo kata iklan ditivi, hemat. “
            Lintang tersenyum geli, “ halah ! Gayamu hemat ! “
            Carish ikut tersenyum geli.
            “ Pokoknya kamu hati-hati ya ? Kabarin mba kalo udah sampe sana. Kalo ada apa-apa juga telpon mba atau ayah. “ ucap Lintang seraya mengusap lembut puncak kepala Carish.
            Sang adik menatapnya sesaat. Lalu berhambur memeluknya, “ mba ini ngomongnya kayak aku mau disana selamanya aja. Aku cuma enam bulan lho disana. Jadi pasti nanti balik lagi kesini. Kumpul bareng lagi. “
            Lintang melepaskan pelukan Carish, “ kamu ini kan adik mba satu-satunya. Wajar kan kalo mba kayak begini ? “
            “ Iya deh. “ Carish mengangguk , “ oh iya mba nanti ikut nganter aku ke stasiun kan ? “
            “ Iyalah, “ Lintang melirik jam dinding dikamar itu, “ sudah jam lima. Kamu mendingan siap-siap. Mba juga mau siap-siap soalnya ayah sama ibu sudah rapih dari jam empat tadi. “
            Carish mengangguk sambil tertawa pelan. Dibantu Lintang, gadis itu mengeluarkan koper besarnya dari dalam kamar untuk dia letakkan diruang tengah. Setelah itu dia bergegas kembali ke kamarnya untuk bersiap diri.
            Sembilan puluh menit kemudian Carish, Lintang, dan kedua orangtua mereka tiba di stasiun Tugu, Yogyakarta. Kereta yang akan ditumpangi Carish sebentar lagi akan masuk dijalurnya.
            “ Hati-hati ya, ndok. Telpon ayah kalau sudah sampai disana. “ ucap ayah.
            Carish mengangguk sambil meraih tangan kanan ayahnya lalu diciumnya dengan penuh kepatuhan.
            “ Jaga dirimu baik-baik. Sering-sering telpon kerumah ya ? “ lanjut Ibu.
            “ Iya, bu. “ sahut Carish seraya mencium tangan Ibu. Lalu ditatapnya Lintang.
            Kakak semata wayangnya itu merentangkan kedua tangan. Carish menghampirinya kemudian dipeluknya Lintang erat-erat.
            “ Jaga diri. Jangan lupa makan. Jangan lupa sholat. Kalo ada masalah langsung telpon mba ya ? “
            Carish mengangguk dalam pelukan Lintang.
            Ketika kereta mulai memasuki stasiun, Carish kembali memeluk satu persatu anggota keluarganya. Tanpa bisa dicegah airmatanya mengalir. Berpisah untuk sementara waktu. Tapi itu cukup membuatnya sedih. Demi sebuah cita-cita, Carish mencoba untuk sabar dan tegar.
            Enam bulan bukanlah waktu yang lama. Tapi bila terlalu dipikirkan juga bukan waktu yang singkat. Sambil tersenyum Carish melambaikan tangan kearah keluarganya ketika ular besi Fajar Utama bergerak perlahan meninggalkan kota pelajar itu.

YYY

            Carish tiba di Stasiun Senen tepat pukul lima pagi. Tanpa bisa dicegah dadanya berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi enam bulan kedepan di kota yang tidak pernah tidur ini.
            Ketika keluar dari stasiun dan sudah mendapatkan taksi yang akan membawanya ke tempat kost yang sudah dibooking lewat salah satu teman baik Lintang, gadis itu makin terpana dengan keadaan kota Jakarta di pagi hari. Hiruk pikuk disana sini, padahal jam belum tepat diangka enam, membuat Carish terkagum-kagum.
            Setengah jam kemudian taksi itu berhenti didepan sebuah bangunan yang memang khusus dirancang untuk tempat kost. Berjajar rapih dengan ukuran bangunan yang sama, dikanan kiri mengapit sebuah rumah tipe 36 yang sepertinya rumah induk dari semua kamar. Bangunan berjajar itu mirip dengan komplek perumahan yang sekarang ini sedang gencar dibangun di kawasan sekitar Karawang, Cikampek, dan Bekasi.
            “ Nak Carish ya ? “ seorang Ibu tiba-tiba sudah berada dibelakang Carish yang sedang memandang sekeliling.
            Dan seketika Carish menoleh kaget, “ eh ? Iya, bu. “
            Wanita setengah baya itu mengulurkan tangan kanannya. Carish segera menjabatnya, “ nama ibu, Dewi. Ibu yang punya kostan ini. Kamu adik dari Lintang kan ? “
            Carish mengangguk sambil tersenyum.
            “ Tadi nyampe stasiun jam berapa ? “
            “ Jam lima, bu “
            “ Cepet juga ya ? “ Bu Dewi tersenyum ramah, “ kalo begitu sekarang kamu mau ibu anterin ke kamarmu atau mau main dulu ditempat ibu ? Minum teh gitu ? “
            “ Nggak usah repot-repot, bu, “ Carish menggeleng pelan, “ terima kasih banyak. Saya langsung ke kamar aja. “ dalam hati gadis itu tersenyum. Saatnya memakai bahasa ‘Jakarta’ dengan baik dan benar.
            “ Oh ya udah kalau begitu mari ibu antar ke kamarmu. “
            Carish mengangguk lagi. Lalu dia mengikuti Bu Dewi yang berjalan menuju bangunan disebelah kiri rumah induk kemudian memasuki teras salah satu kamar. Dia hanya diam sambil menatap sekeliling teras yang tertata rapih. Sementara wanita yang ada disebelahnya sibuk mengambil kunci dari dalam saku dasternya lalu memasukkannya kedalam lubang kunci pintu krem didepannya.
            “ Silahkan masuk, “ kata Bu Dewi ketika pintu sudah terbuka. Lagi-lagi Carish hanya mengangguk. “ maaf ya agak berantakan. Soalnya baru semalem ibu dikabarin anak ibu kalau kamu datang pagi ini. Jadi belum sempet diberesin. “
            “ Nggak apa-apa kok, bu. Begini juga udah cukup. “
            “ Ya udah kalau begitu ibu tinggal dulu ya ? Kalau ada yang mau ditanya, ibu ada dirumah yang ditengah itu. Selamat beristirahat. “
            “ Makasih banyak, bu. “
            Bu Dewi pun keluar kamar. Ketika pintu kamar sudah tertutup, Carish kembali menatap sekelilingnya.
            Kostan ini terbagi menjadi tiga bagian. Yang pertama teras didepan tadi, lengkap dengan satu set meja dan kursi terbuat dari kayu yang dirancang khusus untuk bersantai. Lalu masuk kedalam ada sebuah ruang tamu, lengkap pula dengan satu set meja dan kursi tamu serta sebuah buffet mini disudut ruangan. Yang terakhir baru inti ruangan atau kamar tidur dengan fasilitas yang cukup lengkap. Sebuah tempat tidur no.2, lemari pakaian, buffet yang sama mininya dengan yang diruang tamu - terpampang berhadapan dengan tempat tidur - lalu ada sebuah meja rias dan pastinya kamar mandi.
            Carish menarik napas panjang lalu menjatuhkan diri ditempat tidur. Pantes aja mahal, gumamnya dalam hati. Udah gede, bersih, fasilitasnya lengkap lagi.

YYY

            “ Iya, mba ? “ Carish menutup telinganya yang sebelah kiri saat Lintang meneleponnya dan dia sedang berada dihalte menunggu angkutan umum. Hari ini memang rencananya dia akan interview ulang untuk lebih mengenal dengan jelas calon tempat magangnya nanti.
            “ Rish, kamu lagi dimana sih ? Kok berisik banget ? “ tanya Lintang bingung.
            “ Di halte, mba. Lagi nunggu angkutan. “
            “ Kamu mau kemana ? “
            “ Ke tempat magangku itu. Tadi pagi aku ditelpon suruh dateng buat interview ulang. Soalnya bos besarnya juga udah masuk kerja lagi dan mau ketemu aku. “
            “ Oh. Terus .. “
            “ Eh, mba, “ potong Carish ketika dilihatnya seorang nenek hendak menyebrang jalan tapi maju mundur nggak jadi-jadi karena padatnya lalu lintas, “ udah dulu ya ? Nanti aku telpon balik deh. “ tanpa menunggu persetujuan dari orang ditelepon seberang, dia langsung menutup pembicaraan dan dengan cepat dimasukkannya ponsel kedalam tas.
            Kemudian dengan hati-hati diseberanginya jalan raya itu untuk menjemput sang nenek. Setelah itu dia kembali menyeberangi jalan dengan menuntun si nenek yang ternyata buta. Namanya juga nenek-nenek, jadi jalannya pun amat sangat pelan dan tertatih. Dan itu kontan membuat mobil-mobil berhenti cukup lama. Saking lamanya keadaan jalan sudah seperti terkena lampu merah. Dengan sabar Carish tetap menuntun nenek itu tanpa peduli dengan klakson mobil yang mulai terdengar ramai.
            Disalah satu mobil mewah diurutan terdepan, yang tadi sempat ngerem mendadak karena Carish terlambat melambaikan tangan untuk meminta berhenti sebentar, seorang cowok menatapnya geram.
            “ Nyebrang aja lama banget sih ?! “ gerutunya kesal.
            Sang sopir meliriknya lewat kaca spion, “ namanya juga nenek-nenek, mas. Udah tua banget lagi. Dan kayaknya buta. “
            “ Ya lagian udah tau tua begitu masih aja berkeliaran dijalan raya ! Itu cucunya juga kelewatan banget. Ngajak jalan dijalan gede begini ! “ sungut cowok berjas hitam dengan kacamata yang juga hitam itu.
            “ Ya, sabar sebentar ya mas ? “
            “ Sabar ! Saya udah telat banget nih ! “
            Bapak setengah baya yang duduk dibelakang kemudi itu hanya bisa menggeleng pelan sambil menarik napas. Dia terlalu hafal dengan sang majikan yang memang punya jiwa sosial yang kurang baik itu.
            Ketika Carish sudah sampai ditempat semula, cowok didalam mobil mewah itu menurunkan sedikit kaca mobil disebelah kirinya lalu menatap gadis itu sinis. Sementara yang diliatin terlalu sibuk berbicara dengan nenek tua yang baru saja diseberanginya.
            Sebenarnya Carish tidak tega meninggalkan nenek itu sendirian dihalte. Tapi ketika dilihatnya jam dipergelangan tangan sudah menunjukkan dia terlambat lima belas menit, dia terpaksa menyetop sebuah taksi lalu pergi setelah sebelumnya memberikan beberapa lembar uang untuk si nenek.
            Sesampainya di ‘calon kantor’, Carish segera masuk. Langkahnya berubah jadi setengah berlari untuk meminimalis keterlambatannya. Dan setelah mengkonfirmasi kedatangannya pada mba-mba penjaga stan receptionist, dia segera menuju ruangan yang ternyata memang sudah disediakan untuk pertemuannya dengan sang bos besar, untuk pertama kalinya.
            Sekali lagi dilihatnya penampilannya saat ini. Setelah yakin tidak ada masalah, dan napasnya juga mulai teratur, perlahan diketuknya pintu dihadapannya.
            Pintu terbuka. Seorang perempuan keluar lalu tersenyum ramah, “ dengan Carishta dari Universitas Bina Dharma Yogyakarta ? “
            Carish mengangguk mantap, “ iya, mba. Saya Carishta. “
            “ Silahkan masuk. “ucap perempuan itu seraya melebarkan daun pintu.
            Carish kembali tersenyum lalu mengikuti langkah si mba yang sepertinya seorang sekretaris, masuk kedalam ruangan yang menurut Carish adalah ruang meeting.
            Gadis itu sempat tertegun melihat seorang cowok berjas hitam duduk dikursi utama diruangan itu dengan mata tertuju pada laptop didepannya. Yang membuat gadis itu terkesima adalah dia tidak berpikir sama sekali kalau bos besarnya itu cakep plus masih muda pula. Dia langsung yakin kalau perbedaan umurnya dengan si bos itu tidak lebih dari lima tahun.
            “ Maaf, Pak, mahasiswi dari Yogya yang akan magang disini sudah datang. “ kata sang sekretaris.
            Cowok berkharisma itu seketika mengangkat wajahnya dan menatap Carish lurus-lurus.
            Kemudian sekretaris itu kembali menatap Carish, “ Carishta, ini Pak Raffa, Direktur Utama di perusahaan ini. Beliau ingin mengenal Anda lebih jauh secara langsung. “
            “ Baik, mba. “ sahut Carish.
            “ Saya tinggal dulu. “
            Carish hanya mengangguk.
            Ketika diruangan itu tinggal dirinya dan Pak Direktur, tanpa bisa dicegah jantungnya berdegup kencang. Apalagi cowok itu terus menatapnya tanpa berkedip.
            Sang Direktur, Raffa, berdeham sejenak. “ Jadi kamu, mahasiswi yang mau magang disini ? “
            Baru Carish akan menjawab, tapi Raffa langsung melanjutkan kalimatnya yang saat itu juga membuat kening Carish berkerut.
            “ Yang tadi pagi dengan santainya pake jalan umum buat nyebrang ? “ ditatapnya Carish dalam-dalam, “ kamu nggak tau kan gara-gara kelakuan kamu dan nenek kamu saya jadi terlambat mengikuti meeting pagi ini yang akhirnya terpaksa diundur sampai nanti sore ?! Sedangkan nanti sore saya sudah ada janji dengan client ditempat lain ! Selamat ! Hari ini kamu sukses membuat jadwal saya berantakan !!! “
            Kembali Carish akan membuka mulut untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya dijalan tadi pagi. Tapi sepertinya Raffa enggan bertele-tele. “ Silahkan duduk. “ ucapnya dengan nada penuh kekuasaan.
            Carish menurut. Dengan kepatuhan total dia duduk menghadap bosnya itu.
            “ Siapa nama kamu ? “ tanya Raffa.
            “ Carishta. Lengkapnya … “
            “ Oke Carish, “ sela Raffa. Carish langsung mulai ngedumel dalam hati, “ saya sudah melihat lampiran nilai-nilai kamu selama enam semester. Dan nggak perlu panjang lebar, kamu akan saya terima magang disini tapi dengan sebuah syarat. Kamu sanggup ? “
            “ Syaratnya apa, Pak ? “ Carish bertanya bingung.
            “ Karna kamu sudah mengacaukan jadwal saya hari ini, jadi saya minta hari ini juga kamu siapkan satu konsep desain untuk kemasan sebuah coklat. Lebih jelas lagi kamu bisa tanya sama leader di divisi kamu nanti. Kalau itu berhasil, silahkan kamu magang disini selama enam bulan dengan upah delapan puluh persen dari gaji tim kreatif disini. Tapi kalau nggak, dengan segala hormat kamu bisa cari tempat magang yang lain. “
            “ Tapi, Pak … “
            “ Silahkan kamu cari Tantri, sekretaris saya yang tadi. Dari sini kamu ambil kanan terus lurus aja. Kalau sudah ketemu kamu bisa tanya ruangan kamu dimana. Jelas ? “
            “ Begini, Pak … “
            “ Terima kasih. Saya masih banyak kerjaan. “ tandas Raffa seraya mengulurkan tangan kanannya ke arah pintu. Satu isyarat untuk mengusir Carish keluar dari ruangan itu.
            Carish sendiri sudah tidak bisa menahan tatapan matanya untuk tidak sinis. Sumpah, baru kali ini dia ketemu cowok cakep tapi sikap dan sifatnya jelek parah banget gitu. Tanpa bisa dicegah pula hatinya sudah meneriakkan cacian bertubi-tubi untuk bosnya itu.
            Sok cakep ! Sok galak ! Sok berkuasa ! Gila ! Stress !

YYY